Kamis, 21 Oktober 2010

Sejarah Terakhir Istana Soeharto


Sejarah Istana Terakhir Soeharto  

Alya Thamrin dan Endro Aji
Liputan6.com, Karanganyar: Astana Giribangun merupakan tempat peristirahatan Soeharto yang terakhir. Istana terakhir bagi pemimpin orde baru itu itu terletak di ketinggian 666 meter di atas permukaan laut. Lokasinya berada di lereng Gunung Lawu, Kelurahan Karang Bangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, sekitar 40 kilometer dari Kota Solo.
Astana Giribangun merupakan makam ke-11 atau 
kompleks pemakaman termuda leluhur Dinasti Mataram Imogiri, Yogyakarta. Didalamnya terdapat Wisma Lerem, yaitu bangunan khusus untuk keluarga Soeharto menginap. 
Makam itu dibangun oleh 700 pekerja tanpa alat berat dan diresmikan pada 23 Juli 1976, yang ditandai dengan pemindahan kerangka jenazah KRMTH Soemoharjomo dan KRA Soeharjomo, ayah dan ibu Siti Hartinah atau IbuTien.,
Lantainya terbuat dari pualam Tulung Agung. Sedangkan pintu-pintu yang terbuat dari besi dibuat oleh pematung G. Sidharta. Bangunan utama makam terdiri dari bagian-bagian. Bagian pelataran bawah disebut Cungkup Argotuwuh seluas 700 meter persegi yang diperuntukan bagi anggota keluarga Yayasan Mangadeg.
  Tingkat selanjutnya adalah Argokembang dengan luas 600 meter persegi dan kapasitas 156 jenazah. Tempat itu diperuntukan bagi anggota pengurus pleno dan orang yang dianggap berjasa bagi Yayasan Mangadeg. Dan paling puncak adalah Argosari dengan luas 300 meter persegi.

Di dalam Cungkup Argosari terletak makam utama keluarga Soeharto seluas 80 meter persegi yang dikelilingi gebyok ukiran. Cungkup Argosari dalam dinding gebyok berkapasitas lima jenazah.

Sedangkan bagian lain dari Cungkup Argosari berkapasitas 12 badan diperuntukan bagi putra-putri dan menantu. Dan selasar Cungkup Argosari berkapasitas 45 jenazah bagi pengurus harian dan komisaris Yayasan Mangadeg.


Sedangkan bagian lain dari Cungkup Argosari berkapasitas 12 badan diperuntukan bagi putra-putri dan menantu. Dan selasar Cungkup Argosari berkapasitas 45 jenazah bagi pengurus harian dan komisaris Yayasan Mangadeg.

Makam itu dirawat setiap hari. Pengurus membersihkan bunga peziarah yang tak pernah sepi. Kayu-kayu jati diplitur secara berkala dan karpet selalu dicuci setiap minggu.(IDS/SHA)

Tidak ada komentar: